TARI SANGHYANG DEDARI

Tari Sanghyang adalah tari sakral, merupakan tari kerauhan karena kemasukan roh, baik roh dedari maupun roh binatang yang memiliki kekuatan gaib. Tari ini merupakan warisan budaya pra-Hindu yang bertujuan menolak bala. Tari sanghyang ini merupakan tarian komunikasi spritual dari warga masyarakat dengan alam gaib dengan menyanyikan tembang-temban pemujaan dengan iringan tetabuhan. Didalam tarian ini selalu ada tiga unsur penting yaitu; api, gending sanghyang dan penari. Dan tari sanghyang yang umum dipentaskan di Bali terdiri dari; Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Bojog, Sanghyang Jaran, Sanghyang Sampat dan Sanghyang Celeng.
Sebagaimana namanya, tari Sanghyang Dedari ini termasuk tarian sakral yang tidak untuk dipertontonkan sebagai fungsi pertunjukan, tetapi hanya diselenggarakan dalam rangkaian upacara suci. Tarian ini dilakukan oleh sepasang gadis cilik yang belum akil balig. Sebelum menari, kedua gadis tadi diupacarai untuk memohon datangnya sang Dedari ke dalam badan kasar mereka. Prosesi diiringi dengan paduan suara gending sanghyang yang dilakukan oleh kelompok paduan suara wanita dan pria. Kedua gadis itu kemudian pingsan, tanda bahwa roh dedari telah merasukinya.
Kemudian beberapa orang membangunkan dan memasangkan hiasan kepalanya, kedua gadis dalam keadaan tidak sadar, dibawa ke tempat menari. Di tempat menari, kedua gadis kecil itu diberdirikan di atas pundak dua orang pria yang kuat. Dengan iringan gamelan Palegongan, kedua penari menari-nari di atas pundak si pemikul yang berjalan berkeliling pentas. Gerakan tarian yang dilakukan mirip dengan tari Legong. Selama tarian berlangsung, mata kedua gadis itu tetap tertutup rapat. Menari di atas bahu seseorang tanpa terjatuh, tidak mungkin dilakukan oleh gadis-gadis cilik dalam keadaan sadar, apalagi biasanya si gadis belum pernah belajar menari sebelumnya. Sungguh menakjubkan.
Tarian suci ini diadakan dalam upacara memohon keselamatan dari bencana atau wabah penyakit yang menyerang suatu desa.Tarian ini terdapat di daerah Badung, Gianyar, dan Bangli.
0 komentar:
Posting Komentar